Jumat, 26 Juni 2009

Joglo Tua, Pendopo Kecil

Joglo, merupakan mahakarya arsitektur tradisional Jawa

Dahulu bangunan Joglo ini kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini disebabkan rumah bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada rumah bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja.

Banyak kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumah bentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, juga membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah tersebut mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki.

Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut berpengaruh, terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua kepada anaknya. Jika keturunan seseorang yang memiliki rumah bentuk joglo mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harus memperbaiki serta harus mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biaya secukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatu kepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebab akan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya.

Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar. Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan.

Atap berbentuk joglo banyak menggunakan material kayu, mulai dari kayu polos sampai kayu yang penuh ornamen. Hal ini mengakibatkan beban yang harus disalurkan untuk sampai ke tanah oleh masing-masing soko cukup berat. Sebenarnya beban yang dipikul oleh soko dapat dihitung, yaitu dengan cara mengetahui luas area penutup atap yang disokong oleh masing-masing soko. Luas area tersebut kemudian dikalikan dengan beban atap per meter persegi, sehingga didapat beban atap yang harus dipikul oleh masing-masing soko atau tiang. Akibatnya, jumlah beban yang disalurkan oleh soko tersebut harus lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tanah per sentimeter persegi. Bila beban yang disalurkan oleh soko lebih besar dari tegangan tanah, maka pondasi akan melesak.

sumber:
http://njowo.multiply.com/reviews/item/146
http://properti.kompas.com/read/xml/2008/08/15/11150460/mengadopsi.model.atap.rumah.joglo

Plymouth Super Deluxe 1948

"An absolutely new development in motor car style ... New slender profile chromium-plated radiator... Long low bodies ... New type beaded crown fenders... Molded edge running boards ... Generous room for 2 to 5 passengers' according to body model ... Luxurious deep upholstery and appointment detail such as you expect only in cars of far higher price ... Beautiful bowl-type head lamps ... New "Silver Dome" high -compression engine, for use with any gasoline ... Smooth speed up to 60 and more miles an hour ... Characteristic Chrysler acceleration ... Unbelievable smoothness of operation--at all driving speeds ... New type Velvet - Power engine mountings ... Body impulse neutralizer ... New type shock-absorbing spring compensators give exceptional riding comfort. .. New type spring shackles--reduce noise, wear, attention ... Chrysler light-action internal expanding hydraulic four-wheel brakes--no other car of this price possesses this feature."

Dengan kalimat2 berbau promosi diatas, mobil Plymouth pertama di luncurkan ke pasar. "Give the public something better and the public will buy," kata Walter P. Chrysler, 11 Juni 1928.

Mobil Plymouth ini adalah Plymouth Super Deluxe 1948
Mesin 6 silinder 3500cc MT, a flathead six engine of 218 cubic inch
Saya mendapatkan mobil gagah ini di daerah Mampang Jakarta Selatan, dengan kondisi yang agak mengenaskan tetapi masih dalam keadaan utuh dan lengkap.
Diperlukan waktu 6 bulan untuk me-restorasinya, warna hitam originalnya dirubah menjadi warna putih susu favorit saya.
BPKB asli dengan STNK plat D (Bandung) di mutasi ke B (Jakarta) dan balik nama atas nama saya sendiri.
Saya berusaha mengembalikan kondisi mobil dan seluruh kelengkapannya seperti sewaktu mobil ini keluar dari pabriknya, walaupun ada juga beberapa bagian yang sulit sekali untuk dikembalikan menjadi 100% orisinil dikarenakan keterbatasan suku cadang.
Jok orisinil saya bungkus dengan bahan kulit asli berwarna merah sesuai warna aslinya dahulu.

Semoga Plymouth 1948 ini dapat menjadi mobil keluarga saya yang bisa mengantar tuannya kemana saja dan kapan saja seperti yang dilakukannya 60 tahun yang lalu ..... AMIN

Rumah Kayu "Jineman"

Di tempat asalnya yaitu di kota Tuban - Jawa Timur, rumah kecil yang sudah sangat tua usiannya ini disebut JINEMAN, tempat yang digunakan untuk menyimpan hasil bumi masyarakat setempat seperti padi/beras, kopi dan lain sebagainya.

Ukuran Jineman:
atas-bawah : 2,45 meter
kiri-kanan : 3 meter
depan-belakang : 2,21 meter

Rumah Kayu Jineman ini terbuat dari kayu Jati solid (seluruh dinding, pintu dan lantainya) sehingga walaupun usiannya sudah tua tapi tetap kokoh, utuh dan terbebas dari serangan hama rayap.

Saya memperoleh Jineman ini dari seorang teman di Bekasi yang kebetulan memiliki usaha menjual barang2 antik dari Jawa Timur.

Karena memiliki ukuran yang lumayan besar, saat ini ruangan dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat bermain anak-anak, tempat istirahat, kamar tidur atau kadang juga difungsikan sebagai mushola.

Menarik bukan ....









Kamis, 25 Juni 2009

Meja Rias Antik




Berdandan dan mempercantik diri di depan cermin bukan hanya dilakukan oleh wanita jaman sekarang saja tetapi sudah menjadi tradisi beratus tahun lamanya. Kadang penasaran juga, bagaimana sih bentuk meja rias yang menjadi sahabat nenek kita dahulu. Ada beberapa jenis dan bentuk meja rias kuno yang sering menemari nenek kita berdandan, ada meja rias model ART DECO, model JENGKI dan lain sebagainya.

Meja rias kuno seperti ini sering kita jumpai di rumah nenek atau eyang putri kita dulu karena pada tahun 40'an s.d. tahun 50'an, meja rias model art deco sempat menjadi tren di masyarakat.

Kaca cermin selalu saya ganti dengan cermin yang baru, cermin aslinya biasanya sudah sangat kotor dan tidak dapat dibersihkan lagi karena termakan usia.

Rabu, 24 Juni 2009

Sekartaram Vintage



SEKARTARAM VINTAGE
"Toko Barang Antik Peninggalan Tempo Doeloe"
http://tokobarangantik.blogspot.com/

Suka barang-barang VINTAGE, ANTIK, KLASIK, KUNO atau TEMPO DOELOE?
Disinilah tempatnya.
Silahkan melihat-lihat koleksi kami.
Kami menyediakan barang antik yang ASLI dan ORIGINAL tapi tidak terkesan "berat" dan berharga mahal.
Jadi walaupun Vintage tapi tetap Fungky dan bisa di gunakan oleh keluarga muda masa kini


Dewi Syarah
"Sekartaram Vintage"
Lebak Bulus 1 no. 7a
Jakarta Selatan
Telpon:
021-7512332, 7699332, 92372251
Multiply:
http://theroemah7a.multiply.com/

Email:
surokusumo@yahoo.com
SMS: 0811.855394