Minggu, 07 Oktober 2007

Enamel Roko Prijaji

Enamel ..

Mungkin mustahil bagi manusia untuk mengulang waktu dan kembali ke kehidupan masa lalu. Tanpa disadari, sebuah iklan dari pelat besi bernama Enamel ternyata sanggup mewujudkan khayalan tersebut. Ya, enamel seperti menjadi pencatat sejarah silam media iklan.

Sifat Enamel, yang kokoh dan kuat, yang akan membawa kembali ingatan pada kerasnya kehidupan masa penjajahan kolonial. Pilihan kata dalam Enamel yang selalu memuat oe sebagai pengganti u, atau tj untuk c, yang semakin menguatkan kenangan itu.

iklan Enamel memang lahir pada masa ejaan kuno itu masih digunakan, yaitu era 1930-an. Saat itu Enamel digunakan untuk berpromosi, khususnya di luar ruangan. Sayang, iklan ini hanya bertahan selama dua dekade. Ada peralihan setelah Perang Dunia II berakhir, yaitu pada pemilihan media berpromosi. Para pengiklan lebih banyak memilih majalah, koran, dan almanak untuk memperkenalkan produknya.

Penyebab lain yang mendukung terjadinya peralihan ini ialah pembuatan Enamel yang sangat sulit dan berliku. Enamel membutuhkan selembar pelat besi atau baja dengan ketebalan 2-3 milimeter sebagai bahan dasar. Semakin besar ukuran enamel, semakin tebal pula bahan pelatnya.

Ketebalan pelat ternyata menjadi bentuk penyesuaian tersendiri bagi proses cetak selanjutnya. Enamel dicetak dengan menggunakan cat khusus sejenis glasuur dan dibakar di dalam oven keramik yang suhu panasnya mencapai 900 derajat Celsius. Pembakaran ini dilakukan berulang-ulang sesuai banyaknya ragam warna yang dipakai. Besi biasa tentu akan hancur pada proses ini.

Bisa jadi, proses persiapan Enamel ini memerlukan waktu hingga berbulan-bulan lamanya. Ini masih belum termasuk waktu pengiriman enamel karena saat itu pembuatan enamel baru bisa dilakukan di Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis.

Singkatnya masa "hidup" Enamel membuat benda ini bernilai tinggi. Di samping jenisnya yang terbatas, jumlah untuk tiap jenis tidak terlalu banyak. Ironisnya, banyak Enamel yang dibuang begitu saja oleh pemiliknya atau difungsikan sebagai penutup dinding. Barulah pada awal dekade 1980-an mulai timbul ketertarikan beberapa pihak untuk mengoleksi Enamel. Enamel bisa di temui di kota-kota yang pernah menjadi pusat-pusat penjajahan Belanda dan beberapa lokasi lain yang memiliki bangunan-bangunan tua.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Roko Prijaji disajikan bagi penikmat kretek sejati di kalangan masyarakat atas apa bawah boz? harganya pernah tau ga brp sebungkusnya? he3...... selamat yah ANda sudah berhasil menjadi salah satu pemulung tersukses di ranah jawa ini....
Selamat...

Anonim mengatakan...

Saia melisa.. dapet tugas tentang Roko Prijajidari universitas .. anda bisa bantu ? tolong kabari di semangkasegar_mel@yahoo.com :D thx